Kasus Kesehatan Mental Remaja Meningkat: Ini Faktor-Faktor Pemicunya

Permasalahan kesehatan mental pada remaja saat ini semakin menjadi perhatian. Berbagai penelitian dan data menunjukkan adanya peningkatan jumlah remaja yang mengalami gangguan psikologis. Beberapa faktor utama yang memicu kondisi ini di antaranya adalah trauma, pola pengasuhan keluarga, serta penggunaan gawai yang berlebihan.
Faktor-Faktor Utama yang Memengaruhi:
- Trauma masa lalu
Pengalaman traumatis, seperti kekerasan atau kehilangan orang terdekat, dapat meninggalkan dampak mendalam pada kondisi psikologis remaja. Hal ini dapat memicu kecemasan, depresi, hingga gangguan stres pascatrauma (PTSD). - Pola asuh orang tua atau wali
Pola pengasuhan yang terlalu mengekang atau justru kurang perhatian bisa menghambat perkembangan emosi anak. Anak menjadi sulit mengelola stres dan cenderung tidak percaya diri saat menghadapi tantangan. - Penggunaan gawai berlebihan
Meski tidak secara langsung menyebabkan gangguan mental, penggunaan gawai dan media sosial secara berlebihan dapat memicu tekanan, kecemasan sosial, serta perasaan tidak cukup baik karena perbandingan hidup di dunia maya.
Data Nasional: Satu dari Tiga Remaja Mengalami Masalah Mental
Hasil survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2022 menunjukkan bahwa hampir 1 dari 3 remaja Indonesia mengalami gejala gangguan mental. Bahkan sekitar 2,45 juta remaja telah teridentifikasi mengalami gangguan berdasarkan kriteria DSM-5, panduan diagnosis internasional untuk kesehatan jiwa.
Beberapa faktor lain yang turut berperan adalah:
- Tekanan akademik dan harapan dari lingkungan
- Perundungan (bullying) di sekolah
- Lingkungan keluarga yang tidak harmonis
- Paparan rokok, alkohol, dan narkoba sejak dini
Semua faktor tersebut bisa memperparah risiko munculnya gangguan seperti kecemasan berlebihan, depresi, gangguan perilaku, hingga keinginan untuk menyakiti diri sendiri.
Remaja: Kelompok Usia Rentan Secara Emosional
Remaja mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun emosional. Masa pubertas, pencarian jati diri, serta tuntutan sosial membuat mereka lebih rentan secara psikologis. Tanpa dukungan emosional yang cukup dari keluarga atau lingkungan sekitar, mereka bisa merasa tertekan dan kesepian.
Situasi ini diperparah jika mereka tidak memiliki ruang aman untuk bercerita atau mengekspresikan perasaan.
Kesimpulan
Masalah kesehatan mental remaja bukanlah isu sepele. Diperlukan perhatian serius dari semua pihak — orang tua, guru, sekolah, hingga masyarakat — untuk menciptakan lingkungan yang aman, penuh empati, dan suportif.
Pencegahan dan penanganan dini adalah kunci utama agar remaja Indonesia dapat tumbuh sehat — tidak hanya secara fisik, tetapi juga mental dan emosional.